Minggu, 24 Februari 2019

DAMUNG SANAN "SANG LEGENDA TEBASAN MANDAU YANG MENGERIKAN" (BAGIAN 1)

DAMUNG SANAN adalah seorang lelaki yang berasal dari pinggiran sungai barito di daerah desa KALAHIEN kecamatan Dusun selatan kabupaten Barito Selatan. Ada rumor beredar dikalangan masyarakat Dusun Ma’anyan, Damung Sanan tidak dilahirkan dari manusia namun Damung sanan lahir sebagai anak dari penguasa alam bawah yang bernama JIWATA atau RAJA JIWATA yang berada di LUBUK ULAK PERAHU di sungai barito di daerah kalahien. damung sanan melegenda oleh kekuatan dari tebasan mandaunya yang mampu membelah manusia dengan sekali ayuanan tebasan.
Damung sanan yang sudah dewasa layaknya seorang laki-laki seumurannya, dia menikahi seorang perempuan cantik jelita, kemudian memutuskan untuk merantau kedaerah tihang panjang / ari amau yang sekarang berada di daerah tanjung jawa Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan. Keluarga damung sanan sangat bahagia, namun ditengah kebahagian itu ada kabar yang tidak baik mengatakan bahwa istri dari damung sanan ini berselingkuh, namun damung sanan tidak langsung menanggapi cerita itu tetapi menyelidiki apakah benar kabar itu. Setelah sekian lama damung sanan menyelidiki kabar itu, ternyata benar istrinya telah berselingkuh dengan seorang laki-laki yang sama dengannya bergelar Damung yang berasal dari desa IHEM (sekarang bernama desa penda asem Kecamatan Dusun Selatan kabupaten barito selatan), laki-laki itu bernama DAMUNG JAREK, damung jarek adalah penguasa di daerah ihem yang memiliki kekuatan yang sangat sakti.
Damung sanan sudah tidak tahan dengan tingkah istrinya yang selingkuh, namun dengan tetap sabar damung sanan berkata kepda istrinya untuk bahwa malam ini, ia ingin kakanyaw (berburu) dan mungkin agak lama untuk pulang, namun niat tersembunyi dari damung sanan adalah, ia ingin mengintai perselingkuhan antara istrinya dengan damung jarek. Setelah beberapa saat damung sanan bersembunyi di kejauhan rumahnya, damung jarek pun datang dan langsung naik kedalam rumah melewati pohon pinang yang berdekatan dengan pohon bunai yang sudah sangat tua, oleh tuanya pohon bunai menyebabkan akarnya keluar seperti lidah disamping kiri kanan muka dan belakang (dalam bahasa Ma’anyan LADIT), melewati pohon pinang tadi langsung masuk ke rumah damung sanan. Melihat kejadian itu damung sanan pun naik pitam, damung sanan bergegas keluar dari persembunyiannya dan menggerebek damung jarek beserta istrinya didalam rumah, mendengar damung sanan datang, damung jarek bergegas lari menuju pohon pinang tadi dan turun, namun damung jarek tidak mengetahui bahwa dibawah pohon pinang sudah ada damung sanan yang sudah siap menebas mandaunya. Seketika damung jarek turun, damung sananpun menebas mandaunya tepat mengenai tubuh damung jarek, namun damung jarek yang terkenal sakti, seolah mengolok damung sanan, HALA DAUP yang artinya SALAH KAWAN, kemudian disahut damung sanan PUANG HALA DAUP, NAMPIT MA LADIT BUNAI yang artinya TIDAK SALAH KAWAN, MANDAUKU SUDAH SAMPAI MELEKAT DI AKAR POHON BUNAI. Ternyata oleh kuatnya dan cepatnya tebasan dari mandau damung sanan sampai tidak terasa oleh damung jarek bahwa tubuhnya beserta pohon pinang tadi sudah putus oleh tebasan mandau damung sanan, dan Damung Jarek tewas (mayat Damung Jarek kemudian dibawa ke Ihem dan langsung dilaksanakan upacara adat kematian Suku Dusun Witu Ma'ai dan Tulang Damung Jarek di masukan ke dalam Kariring, Kariring itu berbentuk sebuah peti. namun, ada kabar yang mengatakan bahwa saat ini Kariring Damung Jarek itu runtuh di desa Ihem, semoga pemerintah daerah Kabupaten Barito Selatan beserta masyarakat desa ihem dapat berkoordinasi untuk memperbaiki kariring Damung Jarek ini).
Setelah mendengar kabar pembunuhan yang dilakukan oleh damung sanan terhadap damung jarek, para tokoh adat Ma’anyan mantir epat pangulu isa menjatuhkan hukuman adat untuk damung sanan yaitu BALI MATI yang artinya damung sanan harus bertanggung jawab atas kematian damung jarek yang dalam bahasa Ma’anyan MATEI SABIL atau meninggal dlam keadaan yang tidak wajar.
Mendengar hukuman yang dijatuhkan kepadanya sangat berat, bahkan menurut damung sanan dirinya tidak akan mungkin mampu menjalankan hukuman itu yang pada akhirnya ia pun akan dibunuh, maka damung sanan memutuskan melarikan diri, sebelum melarikan diri damung sanan menanan sebuah pohon di tepian sungai barito, tanaman ini yang kemudian menjadi ciri bahwa itu adalah tanaman milik damung sanan, dan Damung Sanan pernah hidup disana, yang sampai saat ini masih tumbuh di daerah tanjung jawa ari amau/tihang panjang, pohon yang sangat besar di pinggir sungai barito yang masyarakat sekitar tanjung jawa menyebutnya LELEMU.
Damung sanan pun pergi menunggalkan ari amau/ tihang panjang/ tanjung jawa membawa seekor ayam jago dan dengan jukung yang dalam bahasa Ma’anyan nya disebut NGENEI JAGAU KAMUDI WASI, dan damung sanan bersumpah dimana ayam jago kesayangannya itu berkokok berarti disitu tempat aman damung snan menyudahi pelariannya dan hidup menetap. damung sanan pun melarikan diri menyusuri sungai barito kearah hilir, dan masuk sungai paku, menyusuri sungai paku tepat disuatu tempat ayam jagonya berkokok dan disitulah ia berhenti. Tepat didaerah BANTAI NAPU lebih tepatnya di SARABON sekarang masuk kedalam Kecamatan Paku Kabupaten Barito Timur.
Di Sarabon tempat damung sanan memutuskan hidup, namun ditengah gundah gulana hatinya yang sendiri, serta tersiar kabar ada wanita yang cantik jelita penguasa SANGARASI (sekarang disebut sebagai Desa Ja’ar Kecamatan Dusun Timur Kabupaten Barito Timur) adik dari URIA MAPAS NEGARA yang terkenal dengan kesaktian mandaunya yang bergelar LANSAR TEWO MEA, serta tersiar kabar wanita itu anak dari Raja Kerajaan Banjar yaitu SULTAN SURIANSYAH. Wanita yang cantik jelita itu bernama PUTRI MAYANG SARI, PENGUASA SANGARASI. Karena niat hati tidak terbendung lagi , damung sanan berangkat menuju sangarasi untuk bertemu sang pujaan hati, sebelum berangkat ke sangarasi damung sanan menjemur padi karena cuaca lumayan panas.
Perjalanan damung sanan menuju sangarasi berharap bertemu sang pujaan hati sangat memberi semangat baru untuk damung sanan. Sesampainya di sangarasi damung sanan sangat ingin bertemu dengan pujaan hati, namun nasib pertemuannya saat itu belum menjadi keberuntungan untuk damung sanan, karena cuaca yang tadinya cerah ternyata berubah, hari semakin gelap karena di sangarasi hujan, teringatlah damung sanan bahwa di rumah, bahwa sebelum dia berangkat ke sangarasi, ia menjemur padi. Damung sanan bergegas kembali pulang, ia berlari secepat kilat dari sangarasi menuju sarabon, namun ditengah jalan ia kecapean, dan singgah untuk minum di luwang mawang atau lubang mawang, karena niatnya untuk cepat-cepat sampai sarabon sehingga tongkat damung sanan tertinggal, maka dari itu jika kita kedaerah luwang mawang ada pohon SUNGKAI besar, menurut ceritanya atau rumor yang beredar di masyarakat Ma’anyan, pohon SUNGKAI itu adalah tongkat dari damung sanan yang tertinggal itu.
Damung sanan sampai akhir hayatnya menetap dan hidup di sarabon dan dimakamkan di sarabon, jika ingin kedesa sarabon, kalau dari Ampah ke arah Tamiang layang sekitar 1/2 jam perjalanan, sampai di simpang runggu daerah tampa kecamantan paku kabupaten Barito timur, masuk simpang runggu dari ampah sebelah kiri, terus masuk menuju daerah bantai napu. disitu lah makam sang legenda ini berada. secara khusus untuk keturunan damung ini semoga kita semua bisa menggali lagi sejarah nenek moyang kita di masa lalu agar kita tidak salah dalam menuturkan silsilah leluhur kita, sampai saat nya nanti dapat diceritakan kembali kepada anak cucu kita. Begitu juga saya memohon kepada pihak pemerintah kabupaten Barito timur untuk dapat memugar / memperbaiki kuburan Damung Sanan ini, sehingga dengan kita menghormati leluhur kita, semoga semangat (AMIRUE) mereka tetap hidup untuk kita selamanya.

DITULIS OLEH : WAHYU HADRIANTO, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar