Kamis, 12 September 2019

BAJU ZIRAH BANGSA MA'ANYAN

Bangsa Ma'anyan juga memiliki baju perang atau baju zirah, walapun sampai saat ini masih menjadi misteri dan tidak pernah ditampilkan ke khalayak umum.
Kenapa?
baju perang atau baju zirah ini hanya akan dipakai ketika akan berperang, karena ketika dipakai, maka ruh yang melindungi segenap bangsa Ma'anyan ini akan datang bersama dengan lengkap nya pakaian ini dipakai oleh bangsa Ma'anyan.
Seiring lengkap nya pakaian ini dipakai, maka lengkap lah juga seorang menjadi ksatria bangsa Ma'anyan, prajurit bangsa Ma'anyan yang sempurna, serta apa yang dinamakan ANAK NANYU.
Begini awal mula sejarah baju perang atau baju zirah bangsa Ma'anyan ini :
Ketika pangeran Idung kembali ke bekas kerajaan Nansarunai, setelah berlatih perang di Madagaskar, semangat menggebu-gebu itu memaksanya untuk berlatih keras, namun apalah daya, dia tidak memiliki kesaktian yang maha dahsyat itu. Yaitu, Kekuatan seorang dewa yang mampu menggempur musuh. Rasa sedih yang membayang-bayangi perjuangan nya, serta menjadi mimpi buruk yang tidak berkesudahan, hal itu pula yang yang membuat pangeran Idung merasakan ketakutan yang luar biasa, karena jika kalau perjuangan bangsa Ma'anyan untuk membalas dendam itu berakhir dengan kekalahan, maka akan menyebabkan musnahnya bangsa Ma'anyan untuk selama-lamanya, atau terjadi Genosida terhadap bangsa Ma'anyan (Genosida atau genosid (Bahasa Inggris: genocide) adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau sekelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkan atau (membuat punah) bangsa tersebut)
Ketakutan itu akhirnya dijawab oleh yang maha kuasa, ketika pangeran Idung tertidur, ia bermimpi bertemu seorang laki-laki yang gagah perkasa dengan warna kulit merah. Laki-laki itu datang dengan pakaian yang aneh, serta laki-laki itu menunjukkan pakaian yang ia gunakan kepada pangeran Idung, yaitu :
1. Bercelana pidann'ang, ialah jenis pakaian yang menutup kaki sampai ke batok tulang kaki.
2. Berbaju kapo ialah baju tanpa lengan
3. Menggunakan cawat kain sindai
4. Berlawung
5. Bersuntingkan daun anjulang atau bayam Istambul serta daun kamma't dengan sebilah taji atau pisau kecil yang diikat pada benang lawai dibagikan belakang kepala.
Laki-laki gagah perkasa itu berkata kalau pangeran Idung berpakaian yang ia pakai, maka ia mungkin bisa membantu memberikan semangat dalam peperangan untuk membalaskan dendam atas kematian Datu dan Dara.
Inilah riwayat dari baju perang atau baju zirah bangsa Ma'anyan kuno dimasa lalu. baju perang atau baju zirah bangsa Ma'anyan yang sudah sangat sulit kita temukan, bahkan sudah hilang.

ARTI BUMUH BUNGKUT

Sebuah ikatan atau hubungan keluarga dalam suku Dayak Ma'anyan disebut dengan BUMUH BUNGKUT
BUMUH BUNGKUT ini terdiri dari dua kata yaitu BUMUH DAN BUNGKUT.
1. pengertian BUMUH adalah suatu kelompok keluarga sampai generasi ke - 3 atau dalam bahasa Dayak Ma'anyan disebut santeluen. Hal ini juga berkaitan dengan hukum dalam perkawinan suku Dayak Ma'anyan, dimana dalam perkawinan suku Dayak Ma'anyan tidak diperbolehkan kawin jika masih santeluen, karena hal tersebut masih ada ikatan atau hubungan keluarga. Perkawinan diperbolehkan apabila sudah lewat dari generasi ke - 3 atau santeluen yaitu generasi ke - 4, generasi ke - 5 dan seterusnya. Apabila terjadi perkawinan yang masih dalam ikatan atau hubungan keluarga, hal tersebut bagi bangsa Ma'anyan dianggap tabu yang dalam bahasa Dayak Ma'anyan disebut padie (Tabu, pantangan, atau pantang larang adalah suatu pelarangan sosial yang kuat terhadap kata, benda, tindakan, atau orang yang dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, atau masyarakat.)
2. BUNGKUT masih dalam keterikatan keluarga, tetapi masih terikat oleh hak milik yang sifatnya bersama. Contoh nya seperti kepemilikan bersama sebuah hepung pulau atau kebun buah-buahan.

Selasa, 03 September 2019

SENJATA KERIS SUKU DAYAK MA'ANYAN

Senjata keris (Dalam bahasa Dayak Ma'anyan disebut KARIS) di dalam suku Dayak Ma'anyan
Kita sering sekali mendengar bahkan melihat senjata keris, senjata keris itu sendiri menjadi senjata tradisional dari suku-suku yang ada di Indonesia. 

Dalam tulisan ini, saya mengulas tentang sejarah senjata keris di suku Dayak Ma'anyan. Atau dalam bahasa Dayak Ma'anyan disebut KARIS.

Apa itu senjata Keris?

Seperti halnya pisau dan pedang, keris juga merupakan senjata tajam. Serta, keris lebih identik dengan budaya Indonesia.

Bentuk keris sangat khas sehingga mudah dibedakan dengan senjata tajam yang lain. Bagian ujung keris lancip dan tajam, semakin ke arah pangkal semakin lebar. Bagian pinggirnya biasanya berkelok-kelok dan memiliki serat-serat logam cerah.

Adapun Fungsi Keris Pada zaman dulu, keris digunakan sebagai senjata untuk berperang.

Untuk tesis sementara saya, adanya senjata keris ini di dalam suku Dayak Ma'anyan, pada awal nya di pengaruhi oleh kerajaan Majapahit.
Ketika kerajaan Majapahit menghancurkan kerajaan Nansarunai, kerajaan Bangsa Ma'anyan ini tahun 1358, kerajaan Majapahit memberikan pengaruh besar salah satunya senjata yang selalu digunakan oleh para bangsawan kerajaan Majapahit serta para prajurit kerajaan Majapahit yaitu senjata keris.

Senjata Keris kemudian menjadi senjata yang cukup disegani di seantero tanah Bangsa Ma'anyan, maka mulailah para ksatria bangsa Ma'anyan ini berkontekstualisasi dengan sesuatu yang baru tadi, yaitu mempersenjatai diri mereka dengan senjata Keris.

Di dalam sejarah kahiyangan bangsa Ma'anyan, ada dua pangundraun atau dalam sejarah Ma'anyan yang ada di kalangan Ma'anyan Paju EPAT, Ma'anyan Paju EPAT memberi gelar kepada kedua ksyatria ini dengan gelar Anak Nanyu Rueh, hal ini karena keberhasilan mereka merebut kembali harta berharga kerajaan Nansarunai yang dibawa kerajaan Majapahit. Mereka adalah :
1. JARANG bergelar Damung Lamuara Ratu Guha Nulun, dan

2. IDUNG

Kedua ksatria bangsa Ma'anyan, menggunakan senjata keris untuk menyerang kerajaan Majapahit serta merebut kembali harta yang paling berharga dari kerajaan Nansarunai.

Adapun senjata keris yang di miliki oleh dua pangundraun atau anak nanyu rueh ini adalah :

1. Keris Jarang

Karis bakukanyar wasi Jawa ngudiakan kaleh, Karis bakukanyar wasi Jawa ngudiakan runsa. Kaulu taring ngulah tumpuk sini nanyu bangkit Bakir. Lunan layuh panyampur Ulin kayu ngilui berang. Unre kasuma Abang kala unru buan rayu, unre kasimura kuning kala Muntai tingka raan langit, wuwar warung anri ganya Amas, nganue guleng anri Luwuk nanyu, babat anri tamalu kuning, jala unru uran kui.

2. Keris Idung

Karis Baning ilap bajak ringka katinawung, Karis babaning ilap bajak ringka kui mana. Kaulu taring suwing sunsuwiring, iyuh nikep mati balung lalum balangahan uwa nimpar Pampang. Iyuh nikep matibalung mahal balangahan uwa karing kekeh.

Tulu nanyu ada tapi umu, takut umu inudian siung, puji lungai ada bangat Iwa, takut Iwa ingekehan jue. Tulu nanyu ada inyaliah punsi inyaleke putang lasi, Amun tulu nanyu nunturungan manyuh puji lungai Ina ngatik neuh.

Amun tulu nanyu ma tulung unru, sieto tutup jadi malum tangah wuwung langit janang sirum lintu. Amun saing nadap tanyung Jawa, kariap dingin mantir tanyung Jawa kagaring gampai kanuh pilayaran. Yiru pinuluen Karis damung ilap nyilu pamujien sarung munyan Patis payung anrau.

Dengan bantuan dari senjata keris mereka yang sakti itu, Sehingga kedua ksatria ini mampu membawa kembali harta milik kerajaan Nansarunai itu dari kerajaan Majapahit, dan kembali selamat tanpa kurang satu apapun.

Dengan berhasilnya dua pangundraun atau anak nanyu rueh ini, sehingga mereka beserta masyarakat bangsa Ma'anyan dapat melaksanakan upacara Ijambe pada seluruh Datu dan Dara yang tewas ketika peperangan kerajaan Nansarunai melawan kerajaan Majapahit.

Pelaksanaan upacara Ijambe itupun dapat dilaksanakan seperti saat Datu dan Dara melaksanakan upacara Ijambe kepada leluhur bangsa Ma'anyan yang bernama Datu Burungan di tane sarunai taliku ngamang talam. 
Di dalam pelaksanan upacara Ijambe ini, ada sesuatu yang baru. Salah satunya yaitu hadirnya Senjata Keris, senjata keris digunakan pada hari kesembilan atau nampatei.

ketika pelaksanakan upacara Ijambe kepada Datu dan Dara yang dilaksanakan oleh 11 pangundraun dan seluruh bangsa Ma'anyan, keadaan menjadi berubah ketika kedatangan seorang nenek tua renta, nenek tua renta ini bernama  etoh kemudian dikenal selaku nini punyut atau itak rokok, beliau adalah leluhur bangsa Ma'anyan dimasa lampau anak dari dua sosok penguasa alam atas dan alam bawah, ibunya adalah putri dari kahyangan yang bernama SALAWANG GANTUNG, yang berasal dari nenek moyang bangsa Ma'anyan yang suci bersih dan yang berilmu pengetahuan dan telah menjelma menjadi DEWA yang dalam bahasa Dayak Ma'anyan NANYU SANIANG GURU KALIUNSEN, mereka tinggal dilangit, bersama dengan yang maha kuasa yang bernama TUHAN NGUASA, ALAHTALA NGABARIAT TALA MANA, TUAH UKAT dan ayahnya bernama UNGKUP BATU yang berasal dari alam bawah atau SORGA bangsa Ma'anyan, Ungkup Batu berasal dari nenek moyang bangsa Ma'anyan yang telah pergi tatau matei, yang berada di surga atau tumpuk adiau (negeri Roh), sorga atau tumpuk adiau (negeri Roh) itu menurut kepercayaan bangsa Ma'anyan adalah sebuah kerajaan, yang di pimpin oleh seorang raja bernama Datu Tujung Punu Gamahari Danrahulu, dan di sorga Ungkup batu bernama GINSILIU KAKINANDANG SARUGAAN. oleh karena itulah,  oleh seluruh bangsa Ma'anyan, nenek tua renta itu sangat dihormati dan sosok yang maha sakti mandraguna. oleh nenek tua renta ini dipanggillah dua pangundraun tadi agar mereka membalas dendam atas kematian Datu (maleh jake) dan kematian Dara (maleh sangkin). Dua pangundraun ini disuruh oleh nenek tua renta itu untuk berlatih berperang ke Madagaskar. setelah pesan yang nenek tua renta itu sampaikan ddapat dimengerti oleh dua pangundraun, nenek tua renta itu akhirnya menghilang begitu saja, dengan suara sayup-sayup terdengar, nenek tua renta itu berkata " aku ada dibalik perjuangan kalian semua" 

para tetua, seluruh pangundraun dan para patih akhirnya mengumpulkan pemuda yang kuat sekitar 500 orang dengan 5 buah perahu. mereka pun berangkat menuju madagaskar untuk berlatih perang dan hanya dua pangundraun yang berangkat, dan 9 pangundraun ditugaskan untuk menjaga bangsa Ma'anyan yang tinggal berada di bekas kerajaan Nansarunai yang sudah hancur yang kemudiaan dibangun oleh kerajaan majapahit disitu sebuah armada serta basis kekuatan militer kerajaan majapahit dan dinamakan tanjung negara.

sekembali dua pangundraun beserta 500 pemuda yang sudah terlatih berperang dari madagaskar  beserta datangnya bala bantuan saudara bangsa Ma'anyan dari madagaskar (dalam peperangan ini akhirnya 11 pangundraun bertemu dengan 1 pangundraun yang selama ini mereka cari, yaitu patih raja muda pani'ng, dengan  berkumpulnya 12 pangundraun ini sempurnalah kekuatan dari Datu dan Dara). persiapan untuk membalas dendam pun sudah matang dan siap untuk berperang. titik penyerangan yang di tuju yaitu tanjung negara dengan harapaan dapat menghancurkan kekuatan lawan lewat runtuhnya basis kekuatan militer kerajaan majapahit.

tesis sementara saya, dalam peperangan ini senjata keris menjadi senjata pamungkas yang dipakai oleh kedua belah pihak yaitu bangsa Ma'anyan dan prajurit kerajaan majapahit.

begitu lah peran senjata keris di dalam suku dayak Ma'anyan, yang kemudian dalam kahiyangan selalu dituturkan oleh para wadian, secara khusus di tuturkan ketika pelaksanaan upacara Ijambe. 

setiap pelaksaan upacara Ijambe sampai saat ini senjata keris menjadi senjata yang tidak bisa ditinggalkan, sama seperti saat upacara Ijambe yang dilaksanakan para pangundraun kepada Datu dan Dara dimasa  lalu. secara khusus senjata keris dipakai ketika hari yang kesembilan yaitu nampatei. senjata keris juga menjadi senjata bangsa ma'anyan sampai kapanpun, khususnya Ma'anyan Paju EPAT dalam pelaksanaan upacara Ijambe.





Ditulis oleh : Wahyu Hadrianto Dohong.