Senin, 25 Februari 2019

PANGKALIMA DIKI KAMATANG ALAI

Masa keemasan kerajaan siong dibawah raja tumenggung suta Ono (tahun 1850 - 1874), menjadikan tanah Ma'anyan tentram, aman dan damai, salah satu cara memberikan rasa aman itu ialah kerajaan siong mendirikan basis kekuatan militer dibeberapa titik, salah satu nya di daerah lampeong (desa lampeong kecamatan pamatang karau kabupaten Barito Timur), di daerah lampeong ini didirikan basis kekuatan militer wilayah karau yang dinamakan benteng lampeong (sekitar tahun 1980 di desa lampeong masih berdiri kokoh tiang bendera kerajaan siong yang terbuat dari kayu Ulin) dimana tugas utama menjamin keamanan diwilayah ini, yang bertugas di benteng itu adalah para pangkalima dari berbagai bantai (kampung). Salah satu pangkalima yang bertugas di benteng itu adalah seorang Pangkalima yang bergelar PANGKALIMA DIKI KAMATANG ALAI, beliau berasal dari bantai PAMANGKA (desa PAMANGKA kecamatan dusun selatan kabupaten Barito Selatan), sebelum beliau menyetujui untuk ikut bergabung dengan kerajaan sotaono, beliau menitipkan sedikit kesaktiannya kedalam sebuah patung bersama-sama dengan pangkalima lainnya dari bantai PAMANGKA, yang kemudian dinamakan TOGA, dengan harapan bantai PAMANGKA dapat dilindungi karena disitu keluarga beliau bermukim, karena beliau sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Sepeninggalan beliau, bantai PAMANGKA aman dan damai. Setelah menitipkan sedikit kesaktian pangkalima Diki kamatang alai menyatakan bergabung dengan Kerajaan siong dibawah kepemimpinan tumenggung suta Ono sebagai raja kerajaan siong, dan pangkalima Diki kamatang alai ditugaskan menjaga benteng di bantai lampeong. Tugas yang begitu berat dijalankan namun tidak menjadi masalah untuk seorang pangkalima, namun suatu hari, dan hari itu menjadi nasib yang na'as bagi seorang pangkalima ini, dimana beliau ditugaskan oleh tumenggung suta ono untuk menangkap perampok yang sangat terkenal sadis dan ganas, pangkalima Diki kamatang alai ini langsung bergerak untuk menangkap perampok itu tadi, tepat didaerah ampah (sekarang kelurahan Ampah kota kecamatan dusun tengah kabupaten Barito timur) beliau berhasil menangkap perampok itu dengan pertarungan yang sengit dan cukup melelahkan. Setelah menangkap perampok tadi, beliau langsung membawa perampok itu menuju benteng di lampeong, namun karena pertarungan yang melelahkan, pangkalima Diki kamatang alai ketiduran, dengan sigap si perampok itu melarikan diri. Setelah pangkalima Diki kamatang alai bangun, beliau terkejut melihat perampok tadi sudah melarikan diri, tersentak dibenak pangkalima Diki kamatang alai jika dia melaporkan kejadian akibat kelalaiannya sehingga perampok yang sangat berbahaya itu melarikan diri, maka beliau bisa di berikan sanksi yang berat oleh raja suta Ono. setelah peristiwa itu, pangkalima Diki kamatang alai pun memutuskan untuk melarikan diri, beliau meninggalkan istri dan anaknya yang ada di bantai pamangka, beliau melarikan diri ke arah bantai Tamiang (sekarang Tamiang Layang kecamatan dusun timur kabupaten Barito Timur) dan masuk sebelah kiri tepat didaerah bantai HAYAPING (desa hayaping kecamatan Awang kabupaten Barito Timur), pangkalima Diki kamatang alai bersembunyi di bantai hayaping itu, di tengah pelariannya tadi di bantai HAYAPING, pangkalima Diki kamatang alai bertemu seorang wanita cantik, dan mereka berdua memutuskan untuk menikah. Setelah pernikahan mereka berdua, tersiar kabar bahwa kerajaan siong mengerahkan seluruh pangkalima untuk mencari seorang pangkalima pemimpin benteng lampeong yang hilang (rumor itu tersiar, sebenarnya bukan untuk menangkap Pangkalima Diki Kamatang Alai, tetapi mencari beliau dengan harapan masih hidup, karena Pangkalima Diki Kamatang Alai berhubungan baik dengan Tumenggung Suta Ono). ketika kabar itu didengar oleh pangkalima Diki kamatang alai, beliau pun kembali melarikan diri membawa istri yang baru dinikahinya, salah satu alasan juga dari beliau menghindar dari kerajaan siong adalah, beliau sudah tidak ingin lagi menjadi seorang pangkalima dibawah naungan kerajaan siong, Pangkalima Diki Kamatang Alai ingin menjadi rakyat biasa, demi menjaga hubungan baik dengan Raja Sota Ono dan Kerajaan Siong, Pangkalima Diki Kamatang Alai memutuskan tetap bersembunyi dan Pangkalima Diki Kamatang Alai beserta istri nya memutuskan untuk hidup menuju bantai Buntok (kota Buntok kecamatan dusun selatan kabupaten Barito Selatan). Waktu begitu cepat berlalu, pangkalima Diki kamatang alai bermukim di Buntok berserta istrinya dengan aman dan tentram, namun selama 15 tahun pernikahan, mereka belum mempunyai keturunan. Suatu ketika sepulang dari ladang, mereka berdua tidak dapat meneruskan perjalanan untuk kembali ke rumah di bantai Buntok, karena hari sudah malam, akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam ditepi danau malawen (danau malawen terletak di desa sanggup kecamatan dusun selatan kabupaten Barito Selatan). Saat mereka tidur, mereka berdua bermimpi didatangi sepasang buaya putih, posisinya buaya putih yang laki-laki berada didepan dan buaya putih yang perempuan berada di belakang buaya putih laki-laki, buaya putih perempuan ini terlihat seperti malu untuk menampakan dirinya. Buaya putih laki-laki berkata " cukuplah kami TAMANANG (tidak punya anak), jangan sampai kalian berdua, ini kami berikan anak untuk kalian berdua, jika anak kalian sudah lahir nanti, mandikan di danau malawen ini", dan buaya putih laki-laki ini kemudian mengatakan bahwa mereka adalah JIWATA ATAU RAJA JIWATA penguasa alam bawah yang berada di danau malawen. si perempuan pun terbangun, mendengar si istri bangun pangkalima Diki kamatang alai pun terbangun, dan istrinya pun menceritakan mimpinya barusan, dan begitu juga sang suami terkejut ternyata mimpinya sama seperti yang diceritakan si istri. Setahun setelah kejadian itu, sang istri pun mengandung, dan melahirkan, dan setelah sekitar umur 5 tahun mereka pun membayar nazar untuk memandikan sang anak di danau malawen, sang anak di letakan danau malawen dan bermain di danau malawen, setelah puas bermain ndi danau malawen sang anak pun diangkat kedarat oleh si ayah, namun tanpa disadari batang bambu panjang yang panjang nya kurang lebih 20 meter jatuh ke danau malawen, untung batang bambu itu sempat ditangkap, dari situlah baru diketahui bahwa tempat mandi si anak, batang bambu panjang 20 meter masih belum sampai menyentuh dasar danau malawen. Begitulah tradisi memandikan anak di danau malawen diwariskan turun temurun kepada keturunan PANGKALIMA Diki kamatang alai ini, sampai kepada jaman almarhum kakek saya, waktu itu umur beliau kurang lebih umur 6 tahun dan sepupu satu kali almarhum kakek saya yang masih hidup yang berdomisili di Palangkaraya bernama KAHARANUS RAWIT SULU, yang saat itu berusia 1 tahun, mereka dimandikan di danau malawen, mereka dibiarkan berenang sendiri di danau malawen oleh orang tua mereka, yang menjadi keanehan kakek saya yang berdomisili dipalangkaraya itu walapun umurnya kurang lebih 1 tahun juga dibiarkan mandi di danau malawen. Dan masa mereka inilah diputuskan untuk tradisi memandikan anak di danau malawen di sudahi untuk selama-lamanya dan tubuh mereka diganti dengan patung. Menurut kisah almarhum kakek saya, karena waktu itu beliau sudah anak-anak yang cukup tahu, beliau berkata dia mandi di danau malawen berdiri seperti diatas sebatang pohon dan ranting-ranting pohon terasa dimana-mana tapi ketika mereka sudah diangkat keatas, kedalam danau malawen diperkirakan sekitar 60 meteran. Walaupun tradisi memandikan anak ini sudah tidak dilaksanakan lagi. namun, kisah ini menjadi kisah sejarah keluarga yang tidak bisa dilupakan sampai kapanpun, terlebih dari semuanya itu, bahwa keturunan dari pangkalima Diki kamatang alai adalah pemberian dari JIWATA ATAU RAJA JIWATA ruh suci penguasa dari alam bawah yang berada di danau malawen.
Berdasarkan keturunan dari ayah saya, nenek moyang laki-laki saya berasal dari desa pamangka (kabupaten Barito Selatan) dan nenek moyang perempuan saya berasal dari desa hayaping (kabupaten Barito Timur)
DITULIS OLEH : WAHYU HADRIANTO, S.Th

Minggu, 24 Februari 2019

BADIK WASI KUNING

Badik berwarna kuning keemasan ini, hanya lah barang kuno yang tidak ada artinya sama sekali, itu yang dikatakan mereka yang tidak mau tau dan tidak ingin tau jejak sejarah keluarga.
Sejarah badik berwarna kuning keemasan ini atau yang disebut WASI KUNING ini, adalah sejarah keluarga ku, sejarah panjang dari keturunan SAKA KALAHIEN, badik ini sudah dirawat dan disimpan oleh nenek moyang ku selama beratus-ratus tahun yang lalu, badik ini menjadi saksi perjalanan panjang kisah hidup ku.
Silsilah badik ini :
Nenek moyangku bernama BELINAK DOHONG yang berasal dari desa KALAHIEN (desa kalahien kecamatan dusun selatan kabupaten Barito Selatan), beliau adalah keturunan dari SAKA KALAHIEN. Belinak dohong mempunyai Satu orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan. ketika anak Laki-laki, anak Belinak dohong yang bernama LAKI DOHONG (Datuku) yang saat itu sudah dewasa dan sudah menikah dengan seorang perempuan dari desa Dayu.
Laki Dohong memutuskan untuk meninggalkan desa kalahien dan hidup di desa Dayu (desa Dayu kecamatan karusen janang kabupaten Barito timur) bersama istrinya sampai akhir hayatnya, Laki dohong diwariskan badik kuning keemasan ini yang diberikan oleh sang ayah sebagai "RAPE" atau dalam bahasa Indonesia "Bekal penjaga tubuh", salah satu alasan selain Laki Dohong adalah garis keturunan yang memang mempunyai hak untuk menerima warisan itu untuk merawat dan menjaganya, dua adik perempuan Laki Dohong juga memutuskan untuk ikut sang kakak untuk hidup ke desa Dayu, Laki Dohong mendapatkan mandat dari orang tuanya untuk menjaga kedua adiknya sebaik mungkin. yang pada akhirnya kedua adik perempuan Laki Dohong menikah, yang satu menikah dan menetap hidup di jembatan dua Ampah (ini adalah nenek dari om katek, ibu dari ibu om katek) dan adik perempuan yang satu menikah dan menetap hidup di Tamiang Layang (ini adalah nenek dari dueh Bedung, ibu dari bapak dueh Bedung di Tamiang Layang). Dan adik perempuan Laki Dohong yang satu memutuskan untuk tetap tinggal di desa kalahien (ini adalah nenek om aking, ibu dari bapak om aking "kakah amah aking" di desa kalahien).
Ketika peperangan terjadi di daerah Tamiang Layang (Tamiang layang kecamatan dusun timur kabupaten Barito Timur), PA'ANGKIN (Pa'angkin atau bergelar Matueh Batung adalah tokoh yang sangat dihormati di daerah Tamiang layang, kuburan beliau berada di perbatasan antara kota Tamiang layang dan desa dorong kabupaten Barito timur) meminta Laki Dohong untuk ikut berjuang bersama-sama dalam beberapa peperangan didaerah Tamiang layang, dalam peperangan itu badik kuning keemasan ini tidak pernah lepas dari pinggang Laki Dohong.
Laki Dohong mempunyai anak empat orang laki-laki dan satu orang perempuan, ketika masa perjuangan pembentukan provinsi Kalimantan Tengah, salah satu anak dari Laki Dohong ikut dalam memperjuangkan pembentukan provinsi Kalimantan tengah, ia adalah kakek saya yang bernama Yurmansyah Dohong, Yurmansyah Dohong berjuang bersama sepupu dua kalinya yaitu Cristian Mandulin Simbar dari desa Madara (desa Madara kecamatan dusun selatan kabupaten Barito Selatan), mereka kemudian bergabung dengan semua tokoh dari seluruh penjuru tanah Ma'anyan dan menamakan diri sebagai GMTPS (Gerakan Mandau Talabang Pancasila) serta Cristian Mandulin Simbar sebagai panglima perangnya. Badik kuning keemasan ini kemudian dipinjamkan kepada sang anak yang ikut berperang di dalam rimba Kalimantan tengah - selatan. Badik ini menjadi kawan setia dalam perjuangan pembentukan provinsi Kalimantan tengah. Setelah perjuangan selesai dan provinsi Kalimantan tengah dibentuk, badik ini kemudian dikembalikan kepada sang ayah. Waktu begitu cepat berlalu, cucu dari Laki Dohong anak dari Yurmansyah Dohong sudah besar, yaitu ibu saya sendiri yang bernama Aliane Dohong (nama di rumah adalah ta'i atau Itai. Kalau di desa kandris (desa kandris kecamatan karusen janang kabupaten Barito timur), desa Dayu dan sekitarnya ibu saya dipanggil ta'i, kalau di buntok kalahien ibu saya dipanggil itai. Kakek saya dipanggil dengan nama bapak ta'i atau amah ta'i). sang cucu sudah ingin merantau untuk melanjutkan pendidikan SPG (sekolah pendidikan guru) di buntok (Buntok kecamatan dusun selatan kabupaten Barito Selatan), 3 tahun sekolah SPG di Buntok dan lulus sekolah, sang cucu kemudian di angkat sebagai PNS dan ditempatkan di desa Pendreh (desa Pendreh kecamatan Teweh tengah kabupaten Barito Utara), cerita ibu saya, sang kakek begitu sedih karena akan ditinggalkan oleh sang cucu ketempat yang jauh, namun sebelum sang cucu berangkat, sang kakek menitipkan sebuah pusaka keluarga yaitu badik berwarna kuning keemasan itu, beliau berpesan jangan sampai lepas dari tubuhmu badik ini bahkan jika terjadi perang, sang ibu berkata trauma perang masa lalu masih menjadi momok menakutkan bagi sang kakek, walaupun kata ibu saya saat itu kita sudah merdeka tidak ada lagi peperangan. Namun badik berwarna kuning keemasan itu, harus di bawa dan dijaga jangan sampai hilang.
Ketika saya beranjak dewasa, sebagai ritual seorang laki-laki saya wajib mendapatkan pendidikan wajib militer keluarga untuk membentuk diri disiplin dan mandiri, karena sebagai laki-laki saya harus meninggalkan rumah untuk merantau mancari jati diri, setelah saya selesai melaksanakan pendidikan wajib militer keluarga, saya diwariskan badik berwarna kuning keemasan ini, karena ternyata selama diwariskan ke ibu saya, ibu saya tidak mengetahui cara menggunakannya, karena seorang perempuan tidak diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan wajib militer keluarga. Oleh karena itu badik berwarna kuning keemasan itu belum lah sempurna di tangan ibu saya dan saya diharuskan menyempurnakan nya karena saya sebagai pewaris tunggal badik itu dari ibu saya di jaman ini, penyempurnaan badik itu harus melalui Pendidikan wajib militer keluarga yaitu
"KUNTAW BANGKUI - JAMAK WATU KAPISUNAN - BADIK WASI KUNING"
dengan pendidikan wajib militer keluarga ini saya tahu tehnik menggunakan badik itu, walaupun sangat lah berat pendidikan wajib militer keluarga ini, namun ada hal indah ketika saya dinyatakan lulus dan menjadi laki-laki sejati yang mampu menjaga dan membawa nama baik keluarga dimana pun berada.
Tahun 2004 saya meninggalkan rumah untuk sekolah ke Banjarmasin, suka dan duka saya jalani dengan ikhlas, tabah dan belajar keras di bangku kuliah selama 5 tahun walaupun saya tidak sepintar teman-teman saya dan saya lulus 11 semester (MAPALA = MAhasiswa PAling LAma atau the legend), itu bukan sebuah masalah karena saya berhasil lulus kuliah dan tahun 2010 saya lulus PNS.
Selama kuliah di Banjarmasin, badik berwarna kuning keemasan ini lah penjaga saya, menjaga saya untuk meraih kesuksesan, untuk membanggakan keluarga saya.
itulah silsilah badik berwarna kuning keemasan ini atau bernama WASI KUNING. Bukan mudah menjaga warisan ini, tetapi sebuah kebahagiaan bisa mengetahui sejarah masa lalu.
Pesan yang terkandung dalam pendidikan wajib militer keluarga adalah Sebagai seorang laki-laki sejati haruslah mampu menjaga 3 ujung, yaitu :
1. UJUNG LIDAH.
2. UJUNG KEMALUAN.
3. UJUNG BADIK.
Kejayaan SAKA KALAHIEN masih aku jaga, sama seperti yang dilakukan leluhurku dimasa lalu.
Bersiap-siaplah pewaris selanjutnya,
GIVER WIGAS WAVIEZEL
Di dalam darah mu mengalir darah-darah leluhur mu yang sudah ditulis di atas.
Jika waktu nya sudah sampai dan kamu sudah dewasa, kamu akan mendapatkan pendidikan wajib militer keluarga, kamu akan di didik untuk menjadi layak mewarisi badik berwarna kuning keemasan ini dan menjadi seorang laki-laki sejati yang mampu merantau mencari jati diri untuk kebanggaan keluarga.


Gambar mungkin berisi: 2 orang, orang duduk

DATU WANGAU "PEMIMPIN KELOMPOK PERAMPOK TANE RUNTUN" (PERANG BUNTOK BAGIAN 2)

Dulu aku malu dengan Rambutku yang putih itu, namun setelah aku mengetahui nenek moyangku siapa, aku menjadi bangga. Walaupun nenek moyang ku hanya menjadi cerita masa lalu namun kisahnya tetap tersimpan rapi sampai ke anak cucunya. 
Datu wangau gelar dari moyangku,, pemimpin dari kelompok  perampok yang bernama tane runtun, kelompok perampok yang paling ditakuti disepanjang aliran sungai barito dari kalahien sampai buntok, pada masa lalu.
Datu Wangau bukan albino (wangau dalam bahasa dayak Ma'anyan berarti Albino) tetapi kata wangau diberi gelar kepada beliau dikarenakan seluruh rambut dan bulu yang ada ditubuhnya berwarna putih semua.
begini ceritanya :
Desa Buntok yang dahulunya merupakan pusat perdagangan besar serta desa buntok memiliki pelabuhan dan dermaga yang ramai didatangi oleh para saudagar kaya dari kerajaan banjar, maupun dari cina dan arab. namun saat itu Desa Buntok (sekarang kota buntok, kecamatan dusun selatan  kabupaten barito selatan) dan sekitarnya menderita kemiskinan, hal ini diakibatkan karena perdagangan tidak lagi terfokus di desa buntok, para saudagar kaya raya sudah tidak tertarik dengan desa Buntok, mereka lebih tertarik berlabuh ke arah muara teweh dan purukcahu, para pedagang baik dari kerajaan banjar, maupun dari cina dan arab hanya singgah sebentar saja di desa Buntok, dan  mereka langsung berangkat ke muara teweh dan purukcahu.
Hal itu dikarenakan rumor yang mengatakan di daerah  Muara teweh dan purukcahu kaya akan emas, emas yang melimpah dan kabarnya disana adalah kampung yang kaya raya selain emas juga dengan hasil bumi, rempah-rempah dan itu menurut para saudagar sangat menguntungkan para mereka untuk saling barter.
Desa buntok sudah ditinggalkan, tidak ada yang tertarik, pelabuhan besar ditepi sungai barito hanya menunggu waktu untuk hancur atau hanya sekedar tempat pelabuhan biasa dengan pasar rakyat atau dalam bahasa dayak Ma'anyan disebut ERAU atau pasar yang hanya berjualan kurang lebih satu jam saja. akibat hal itu tidak ada perkembangan di desa buntok yang ada hanyalah kemiskinan. para pedagang dari perkampungan dayak maanyan, yang datang kedesa buntok untuk menjual hasil bumi, yang berharap hasil bumi mereka dibeli sekarang tidak laku terjual bahkan barter dengan pedagang dari kerajaan banjar yang adalah orang se turunan. Hasil bumi di buntok tidak dilirik lagi oleh para pembeli dan saudagar kaya, mereka lebih memilih melirik emas. oleh hal ini lah penduduk dayak maanyan jatuh miskin, yang pada akhirnya kemiskinan meraja rela di desa buntok dan sekitarnya bahkan di seoantero tanah Ma'anyan, karena di desa buntok saat itu merupakan tempat sentral perputaran ekonomi bagi masyarakat dayak maanyan. 
melihat kejadian tersebut, membuat Sekelompok pemuda berkumpul dan  dengan segera mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah itu, perkumpulan itu di pimpin oleh seorang pemuda yang memiliki rambut putih dan bulu dibadannya pun putih, ia adalah keturunan dari Dohong , dohong adalah orang pertama yang membangun desa buntok ketika masa nomaden dari paju epat untuk mencari tempat baru, yang kemudian bermukim dibuntok dan mendirikan perkampungan hingga sekarang menjadi kota buntok. Ia tampil sebagai pemimpin dalam perkumpulan itu, dan dari perkumpulan itu muncul sebuah kesepakatan, yaitu mereka akan turun untuk merampok dan membunuh siapa saja yang melewati buntok ke arah muara teweh dan purukcaru. dalam perkumpulan itu kemudian disepakati nama untuk kelompok mereka serta sebagai peringatan keras bagi siapapun yang melewati buntok dan nama kelompok ini adalah TANE RUNTUN, dengan pemimpin yang bergelar DATU WANGAU. 
Kelompok perampok tane runtun ini menargetkan sasaran yaitu para pedagang dan saudagar yang datang melewati desa buntok dari kerajaan banjar, cina bahkan arab kearah muara teweh dan purkcahu, tempat mereka merampok di sepnjang sungai barito antara desa buntok dan desa kalahien. 
aski kelompok perampok TANE RUNTUN yang di pimpin oleh Datu Wangau pun dimulai, Ketika pada pedagang dan saudagar berlabuh dengan kapal melewati sungai barito di wilayah desa buntok, Tidak ada yang selamat baik kapal, barang maupun manusia, barang mereka di ambil, kapal mereka dibakar dan ditenggelamkan, dan siapapun yang ada didalam kapal dibunuh semua tanpa meninggalkan sisa kehidupan sedikitpun. begitu seterusnya siapapun yang melewati sungai barito di wilayah desa buntok akan mengalami nasib yang mengerikan.
Rumor tentang sadisnya kelompok perampok yang bernama Tane Runtun ini akhirnya sampai ke raja kerajaan banjar. Raja kerajaan banjar pun mungutus para prajurit kerajaan banjar untuk memburu para perampok serta menangkap hidup atau mati pemimpin kelompok dari kelompok perampok ini. Usaha menjaring angin, para prajurit kerajaan banjar baik menggunakan kapal dan bergerilia masuk kehutan desa buntok tidak ada yang kembali, mereka hilang secara misterius. kelompok perampok tane runtun sudah menjadi berita yang sangat menakutkan bagi para pedagang dan saudagar yang ingin pergi ke arah muara teweh dan purukcahu. melihat keadaan yang begitu rumit, serta akibat dari imbas kelompok tane runtun ini kerajaan banjar mengalami penurunan pajak dari para saudagar, maka dikumpullah para saudagar oleh raja kerajaan banjar untuk mencari solusi dan jalan keluar atas peristiwa perampokan yang mengerikan didaerah aliran sungai barito di desa buntok. Dari hasil pertemuan raja kerajaan banjar dan para saudagar, mereka meminta kepada datu wangau dan para perampok tane runtuh untuk menyudahi perampokan yang sudah membuat rugi para saudagar, baik kerugian harta benda bahkan nyawa. dan mereka meminta untuk berdamai, serta memberikan apapun yang diinginkan oleh datu wangau agar mereka bisa melewati desa buntok. Datu wangau pun menyetujui permintaan raja kerajaan banjar untuk menghentikan perampokan, dengan syarat raja, saudagar dan pedagang harus tetap memperhatikan desa buntok yang adalah pelabuhan perdagangan, dan pusat dari perekonimian masyarakat dayak maanyan, karena desa buntok merupakan tempat mengadu nasib ratusan bahkan ribuan penduduk dayak maanyan, yang datang dari seluruh tanah maanyan untuk berdagang mencari rejeki untuk hidup dan menghidupi keluarga mereka. raja pun menyetujuinya, sejak dari perjanjian damai itu datu wangau berserta kelompok tane runtun menghilang untuk selama-lamanya, desa buntok kembali sejahtera. Perdagangan kembali seperti sedia kala, tak ada lagi kemiskinan di wilayah tanah maanyan. Inilah kisah nenek moyang ku, si datu wangau pemimpin kelompok perampok tane runtun.


Gambar mungkin berisi: 2 orang

KUNTAW BANGKUI LANGKAH SUMBANG ATAU LANGKAH GANJIL


 KUNTAW BANGKUI LANGKAH SUMBANG ATAU LANGKAH GANJIL
kuntau bangkui langkah sumbang atau langkah ganjil memiliki bungaan yang lumayan Sedikit, tidak seperti kuntau betawi liar yang mempunyai bungaan yang banyak, hal ini juga merupakan keunikan dari kuntau bangkui langkah sumbang atau langkah ganjil, karena semua jurusan sudah terangkum dalam bungaan dan kemudian menjadi ciri khas dari jurus kuntau bangkui langkah sumbang atau langkah ganjil. Adapun bungaan dari kuntau bangkui langkah sumbang atau langkah ganjil adalah :
1. Bunga bangkui duduk
2. Bunga Bangkui berdiri
3. Bunga langkah tuntu, dan 
4. Bunga gabungan (bisa juga disebut Bangkui, Betawi dan Saliwa).
dari keempat bunga ini, mempunyai mandatang yang berbeda-beda, mandatang adalah tehnik mendekati musuh.adapun mandatang dari kuntaw bangkui langkah sumbang atau langkah ganjil ini adalah:
1. bunga bangkui duduk, bunga bangkui berdiri dan bunga gabungan  mempunyai mandatang bangkui duduk, dan
2. bunga langkah tuntu mempunyai mandatang tuntu.
Ke empat bungaan diatas, yang kemudian terangkum dalam Jurus pamungkas kuntau bangkui langkah sumbang atau langkah ganjil yang bernama "4 KURUNG 5 PANCAR"

a. 4 KURUNG 5 PANCAR
Jurus 4 kurung 5 pancar adalah tehnik tertinggi yang harus kuasai, 4 kurung 5 pancar juga disebut jurus yang tak terbatas, jurus ini bertujuan untuk mengurung musuh dalam kurungan kematian, ketika musuh sudah terperangkap didalam kurungan 4 kurung itu, hanya menunggu waktu si bangkui menangkap, melempar, menghempas dan merobek apa saja yang dapat ditangkap di bangkui. Dengan dibantu 5 pancar pukulan semakin menakutkan, 5 pancar atau disebut dengan goncangan bangkui, sejenis hentakan yang bertujuan untuk memperkuat kuda-kuda dan berguna untuk mencabut tuntu. 

b. JURUS TUNTU
Jurus Tuntu yaitu jurus menggunakan bilah kayu yang disebut langkah tuntu, langkah atau jurus ini tercipta ketika pencipta jurus bangkui ini pergi kehutan, ia tanpa sengaja melihat dan menyaksikan dua pasang kera/bangkui yang sedang berkelahi diatas pohon dan seketika kedua bangkui itu turun dan sama-sama mengambil ranting pohon yang jatuh ditanah, posisi ranting itu tertancap ditanah dan yang sebilah tidak tertancap, kedua bangkui pun dengan cepat mengambil ranting masing-masing dengan gaya bangkui dan langsung saling menusuk dan menikam lawan. Terkesima melihat perkelahian kedua bangkui tadi maka diciptakanlah sebuah jurus yang kemudian dinamakan langkah tuntu kuntau bangkui langkah sumbang, namun bukan lagi menggunakan ranting kayu seperti yang dipakai kedua bangkui tadi, tetapi dalam kuntau bangkui langkah sumbang atau langkah ganjil menggunakan sebilah kayu yang sudah dipatahkan, yang mungkin panjangnya sekitar 2 jengkal, bilah kayu itu tadi dipakai sebagai senjata jika saat bertarung tidak ada badik atau sebagai penganti senjata badik untuk menusuk dan menikam musuh. sehingga Tuntu diharapkan saat dipatahkan tadi mempunyai ujung yang tajam, karena gunanya seperti yang sudah dijelaskan yaitu untuk menusuk dan menikam musuh. dalam aturan kuntaw bangkui langkah sumbang, ada cara tersendiri mengambil bilah kayu ini dan tidak bisa sembarangan, cara mengambil tuntu pun sama dengan gaya kedua bangkui tadi mengambil bilah ranting ditanah yang kemudian dinamakan goncangan bangkui. 

c. BADIK WASI KUNING
Dalam perkembangan jurus tuntu ini, tuntu yang kemudian ber- kontekstualisasi dengan senjata khas milik kuntaw bangkui langkah sumbang yaitu badik, ada yang unik dari jenis badik khas milik kuntaw bangkui langkah sumbang atau langkah ganjil ini yaitu badik yang berbentuk belitung dan menjadi senjata keramat yang bernama BADIK WASI KUNING. badik wasi kuning ini menjadi keagungan aliran kuntaw ini.

d. JAMAK WATU KAPISUNAN
Namun dalam belajar kuntaw bangkui langkah sumbang, masih belum sempurna jika belum menerima dudus (Dudus berasal dari bahasa Dayak Ma'anyan yaitu meminta restu dari nenek moyang), dudus ini adalah salah satu bagian rasa hormat kita kepada leluhur karena kita sudah di percayakan mewarisi kejayaan milik nenek moyang kita tadi, yang isinya dengan restu dari nenek moyang kita, semoga kita mendapatkan perlindungan dari Tuhan yang maha esa dimanapun berada, dan itu dinamakan JAMAK WATU KAPISUNAN.
   
kembali pada beberapa penjelasan tentang jurus kuntaw bangkui langkah sumbang, Ada pertanyaan bagaimana jika musuh keluar dari kurungan kematian? Kembali ke penjelasan diatas, 4 kurung 5 pancar adalah jurus yang tak terbatas, jurus ini adalah jurus yang mengikuti keinginan musuh, jika si bangkui sudah pasang kuda-kuda sumbang atau ganjil berarti si bangkui sudah siap bertarung dan siap menyerang, kapan pun sesuka hati bangkui, si bangkui siap bermain, karena permainan hanya mengikuti keinginan musuh, jadi tujuan dari sibangkui yaitu berusaha sedekat mungkin agar musuh dapat ditangkap, dilempar, di hempas dan dirobek hingga remuk dan tak berdaya. permainan ini adalah permainan cepat tanpa basa basi, bahkan tanpa menunggu musuh menyerang si bangkui sudah lebih dahulu menyerang musuh dengan ganas.
Jurus pamungkas dari aliran kuntaw bangkui langkah sumbang atau langkah ganjil ini adalah PUKULAN SAMATI, serta dalam aliran ini juga memiliki kuncian yang bernama KUNCIAN MATI.
begitulah belajar kuntaw bangkui langkah sumbang atau langkah ganjil ini, setelah kita belajar dan dapat menyelesaikan tahapan demi tahapan yaitu KUNTAW BANGKUI - JAMAK WATU KAPISUNAN - BADIK WASI KUNING, maka kita dianggap tamat.
namun yang perlu digaris bawahi, kuntaw ini adalah kuntaw milik keluarga, ilmu beladiri turunan ini yang hanya diwariskan kepada keturunannya saja. namun tidak menjadi masalah jika saya bagikan untuk menambah kasanah tentang kuntaw itu sendiri yang merupakan warisan dari nenek moyang suku dayak, secara khusus Suku Dayak Ma'anyan
DITULIS OLEH : WAHYU HADRIANTO, S.Th

DAMUNG SANAN (BAGIAN 3)

DAMUNG SANAN (Bagian 3)
(LAHIRNYA HUKUM ADAT BAYAR BALI DAMUNG ATAU DENGAN ISTILAH BAYAR BALI JAREK)
Setelah pembunuhan yang dilakukan oleh Damung Sanan terhadap Damung Jarek, maka seluruh tokoh Ma'anyan dari seluruh tanah Ma'anyan baik Paju epat, Banua lima dan kampung sapuluh, mereka berkumpul untuk bermusyawarah, menyelesaikan persoalan serius mengenai perkelahian antara Damung, yang pada akhirnya memutuskan melahirkan suatu hukum adat baru di tanah Ma'anyan. Hal itu Sebagai respon, akibat oleh perkelahian dua Damung yang mengakibatkan salah satu Damung meninggal dunia. Karena Damung itu sendiri adalah orang yang mempunyai kedudukan yang tertinggi dalam aturan bangsa Ma'anyan. Hukum adat baru yang lahir dari musyawarah dan perkumpulan seluruh tokoh Ma'anyan tersebut adalah hukum adat BAYAR BALI DAMUNG ATAU DENGAN ISTILAH BAYAR BALI JAREK. Nama Jarek itu sendiri diambil dari nama Damung Jarek yang meninggal dibunuh oleh Damung Sanan. Hukum adat ini berlaku tidak untuk masyarakat umum dikalangan bangsa Ma'anyan. namun, hukum adat ini dikhususkan untuk para Damung saja, Supaya Damung yang mempunyai kesaktian yang luar biasa dan maha sakti ini tidak membunuh dengan sembarang. Sekali lagi, Hukum adat baru itu bernama "BAYAR BALI DAMUNG ATAU BAYAR BALI JAREK", isi dari hukum adat BAYAR BALI DAMUNG ATAU BAYAR BALI JAREK ini, yaitu "membayar hutang dengan tidak ada putus-putusnya, sampai orang yang melakukan aksi tersebut meninggal dunia, serta jika yang meninggal mempunyai keturunan maka yang dijatuhkan hukuman bayar Bali Damung yang menghidupinya". Dalam hal ini keturunan yang sama yaitu keturunan Damung.
DITULIS OLEH : WAHYU HADRIANTO, S.Th

DAMUNG SANAN (BAGIAN 2)

DAMUNG SANAN (Bagian 2)
"ALAH PADANG"
RUH LELUHUR YANG MENJAGA DAMUNG SANAN
sepeninggalan Damung Sanan, banyak hal yang beliau titip kan kepada anak cucunya, salah satunya adalah mendapatkan kehormatan untuk menjaga, memelihara dan merawat salah satu SAHABAT atau ruh leluhur yang senantiasa menjaga Damung Sanan, ruh leluhur ini lah yang senantiasa memberikan keamanan kepada Damung Sanan, selain sebagai penjaga, ruh ini juga memberikan kekuatan yang maha dahsyat saat Damung Sanan mengayunkan tebasan Mandau nya yang kemudian menjadi perbincangan oleh seluruh kalangan masyarakat Ma'anyan, yang kemudian menjadikan Damung Sanan sebagai orang yang di sanjung, sebagai kesatria yang memiliki tebasan Mandau yang mengerikan dan cerita nya pun menjadi cerita yang abadi di dalam ingatan orang Ma'anyan dari masa ke masa dari generasi ke generasi. Tebasan Mandau yang mengerikan itu menjadikan Damung Sanan menjadi sosok yang dihormati dan disegani oleh kawan maupun lawan.
Setelah Damung Sanan meninggal dunia, para keturunan Damung Sanan pun tetap menjaga ruh leluhur ini, walaupun sebuah kehormatan menerima ruh ini tidak semudah yang kita bayangkan, setiap saat dimana waktu ruh ini meminta untuk diadakan semacam sesajen, maka beberapa Damung keturunan langsung dari Damung Sanan harus turun mengayau, namun berdasarkan catatan sejarah Dayak Ma'anyan tidak ada yang memotong kepala, namun, dalam diam sejarah suku ini lebih mengerikan, para Damung harus membunuh orang untuk mengambil hatinya untuk diberikan kepada ruh leluhur ini. Itulah mengerikan nya suku ini, namun itu tidak tertulis di dalam sejarah. Suku Dayak Ma'anyan membunuh tidak untuk pesta adat, serta membunuh tidak untuk unjuk kesombongan, tetapi dalam tradisi suku Dayak Ma'anyan membunuh di masa lalu yang dilakukan oleh para nenek moyang adalah untuk memberi persembahan kepada ruh leluhur yang sifatnya di dalam keluarga saja, bukan milik suatu kampung atau milik orang banyak. Hanya sebatas keluarga saja. Karena setiap keluarga dalam suku Dayak Ma'anyan memiliki ruh leluhur masing-masing, dan mempunyai cara tersendiri untuk menjaga nya. Kisah ini hanya untuk keturunan dari Damung Sanan.
Para Damung keturunan Damung Sanan ini harus berburu mencari hati manusia untuk diberikan kepada ruh leluhur ini, dalam cerita lisan atau sejarah keluarga keturunan Damung Sanan ini , oleh perburuan untuk mencari hati manusia ini sehingga muncul daerah baru yang bernama SINGA TABARAUNG, kenapa disebut singa tabaraung, karena di daerah tersebut tempat para keturunan Damung Sanan, damung-damung yang merupakan keturunan langsung Damung Sanan membunuh para korban nya, namun membunuh orang jaman dahulu tidak semudah membunuh orang jaman sekarang seperti di berita TV, tetapi para Damung keturunan Damung Sanan harus berkelahi dengan orang yang sama saktinya dengan mereka dan harus mampu untukmembunuh nya untuk diambil hatinya sebagai sesajen kepada ruh leluhur. Karena itulah wilayah itu dinamakan SINGA TABARAUNG, letak wilayah singa tabaraung ini di daerah antara kuhidamung, rekang, bantai NAPU, karena setiap siapapun yang datang dari arah Beto, Ampah dan dari manapun kearah Tamiang layang maka mereka akan melewati wilayah singa tabaraung ini, dan wilayah ini menjadi wilayah yang sangat ditakuti oleh siapapun. Oleh karena itu siapapun yang melewati nya pasti orang yang memiliki kesaktian yang luar biasa, bahkan tidak menutup kemungkinan Damung dengan Damung pernah bertarung diwilayah singa tabaraung ini. namun setelah adanya larangan untuk membunuh salah satunya lahir dari perjanjian tumbang anoi, tradisi berburu hati manusia ini dihentikan untuk selama-lamanya dan kemudian persembahan berupa hati manusia pun diubah perlahan-lahan menjadi hati ayam, dan ruh leluhur pun memahami nya dan menerima nya. Sehingga sampai saat hari ini, jika saat memberikan sesajen/makanan kepada ruh leluhur ini diberikan hati ayam. Terakhir memberikan sesajen kepada ruh leluhur ini tahun 2009, saat itu salah seorang kerabat yang bernama SERU suaminya orang Batak yang bekerja sebagai polisi dan bekerja di polres Barito timur menderita penyakit tak kunjung sembuh, namun beberapa bkali diperiksa oleh dokter spesialis tidak ada tanda-tanda penyakit, mereka semakin penasaran dan mendatangi orang pintar, dan orang pintar itu mengatakan ada dari ruh leluhur kalian yang meminta untuk di jenguk, karena sekian lama mereka tidak bertemu dengan anak cucunya. Maka kami pun melaksanakan ritual untuk memberikan ruh leluhur ini, dan keluarga kami Seru kembali sehat walapiat. Itulah salah satu ruh penjaga Damung Sanan. Wadian alah Padang dan keturunan Damung Sanan yang menjaga ruh leluhur saat ini adalah bapak Andre di desa kandris kecamatan karusen janang kabupaten Barito timur.
Menurut cerita almarhum kakek saya keturunan dari Damung Sanan, setelah memanggil nama ruh leluhur ini, langsung mencabut Mandau dan langsung spontan menebas musuh, maka tenaga tebasan itu sangat kuat dan mematikan walaupun musuh memiliki ilmu kebal tetapi tulang tidak akan mampu menahan tebasan yang kuat itu. Bahkan yang lebih
mengerikan, sekalipun mempunyai ilmu kebal namun akibat kerasnya tebasan Mandau menyebabkan kulit sobek dan membuka mata luka yang dalam persekian detik mata luka itu membuka jalan Mandau menebas tubuh hingga terbelah dua. Dan untuk bisa mengetahui nama ruh leluhur ini hanya keturunan langsung dari Damung Sanan, karena hanya keturunan darah Damung saja yang mampu mengendalikan kekuatan ruh ini.
DITULIS OLEH : WAHYU HADRIANTO, S.Th

DAMUNG SANAN "SANG LEGENDA TEBASAN MANDAU YANG MENGERIKAN" (BAGIAN 1)

DAMUNG SANAN adalah seorang lelaki yang berasal dari pinggiran sungai barito di daerah desa KALAHIEN kecamatan Dusun selatan kabupaten Barito Selatan. Ada rumor beredar dikalangan masyarakat Dusun Ma’anyan, Damung Sanan tidak dilahirkan dari manusia namun Damung sanan lahir sebagai anak dari penguasa alam bawah yang bernama JIWATA atau RAJA JIWATA yang berada di LUBUK ULAK PERAHU di sungai barito di daerah kalahien. damung sanan melegenda oleh kekuatan dari tebasan mandaunya yang mampu membelah manusia dengan sekali ayuanan tebasan.
Damung sanan yang sudah dewasa layaknya seorang laki-laki seumurannya, dia menikahi seorang perempuan cantik jelita, kemudian memutuskan untuk merantau kedaerah tihang panjang / ari amau yang sekarang berada di daerah tanjung jawa Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan. Keluarga damung sanan sangat bahagia, namun ditengah kebahagian itu ada kabar yang tidak baik mengatakan bahwa istri dari damung sanan ini berselingkuh, namun damung sanan tidak langsung menanggapi cerita itu tetapi menyelidiki apakah benar kabar itu. Setelah sekian lama damung sanan menyelidiki kabar itu, ternyata benar istrinya telah berselingkuh dengan seorang laki-laki yang sama dengannya bergelar Damung yang berasal dari desa IHEM (sekarang bernama desa penda asem Kecamatan Dusun Selatan kabupaten barito selatan), laki-laki itu bernama DAMUNG JAREK, damung jarek adalah penguasa di daerah ihem yang memiliki kekuatan yang sangat sakti.
Damung sanan sudah tidak tahan dengan tingkah istrinya yang selingkuh, namun dengan tetap sabar damung sanan berkata kepda istrinya untuk bahwa malam ini, ia ingin kakanyaw (berburu) dan mungkin agak lama untuk pulang, namun niat tersembunyi dari damung sanan adalah, ia ingin mengintai perselingkuhan antara istrinya dengan damung jarek. Setelah beberapa saat damung sanan bersembunyi di kejauhan rumahnya, damung jarek pun datang dan langsung naik kedalam rumah melewati pohon pinang yang berdekatan dengan pohon bunai yang sudah sangat tua, oleh tuanya pohon bunai menyebabkan akarnya keluar seperti lidah disamping kiri kanan muka dan belakang (dalam bahasa Ma’anyan LADIT), melewati pohon pinang tadi langsung masuk ke rumah damung sanan. Melihat kejadian itu damung sanan pun naik pitam, damung sanan bergegas keluar dari persembunyiannya dan menggerebek damung jarek beserta istrinya didalam rumah, mendengar damung sanan datang, damung jarek bergegas lari menuju pohon pinang tadi dan turun, namun damung jarek tidak mengetahui bahwa dibawah pohon pinang sudah ada damung sanan yang sudah siap menebas mandaunya. Seketika damung jarek turun, damung sananpun menebas mandaunya tepat mengenai tubuh damung jarek, namun damung jarek yang terkenal sakti, seolah mengolok damung sanan, HALA DAUP yang artinya SALAH KAWAN, kemudian disahut damung sanan PUANG HALA DAUP, NAMPIT MA LADIT BUNAI yang artinya TIDAK SALAH KAWAN, MANDAUKU SUDAH SAMPAI MELEKAT DI AKAR POHON BUNAI. Ternyata oleh kuatnya dan cepatnya tebasan dari mandau damung sanan sampai tidak terasa oleh damung jarek bahwa tubuhnya beserta pohon pinang tadi sudah putus oleh tebasan mandau damung sanan, dan Damung Jarek tewas (mayat Damung Jarek kemudian dibawa ke Ihem dan langsung dilaksanakan upacara adat kematian Suku Dusun Witu Ma'ai dan Tulang Damung Jarek di masukan ke dalam Kariring, Kariring itu berbentuk sebuah peti. namun, ada kabar yang mengatakan bahwa saat ini Kariring Damung Jarek itu runtuh di desa Ihem, semoga pemerintah daerah Kabupaten Barito Selatan beserta masyarakat desa ihem dapat berkoordinasi untuk memperbaiki kariring Damung Jarek ini).
Setelah mendengar kabar pembunuhan yang dilakukan oleh damung sanan terhadap damung jarek, para tokoh adat Ma’anyan mantir epat pangulu isa menjatuhkan hukuman adat untuk damung sanan yaitu BALI MATI yang artinya damung sanan harus bertanggung jawab atas kematian damung jarek yang dalam bahasa Ma’anyan MATEI SABIL atau meninggal dlam keadaan yang tidak wajar.
Mendengar hukuman yang dijatuhkan kepadanya sangat berat, bahkan menurut damung sanan dirinya tidak akan mungkin mampu menjalankan hukuman itu yang pada akhirnya ia pun akan dibunuh, maka damung sanan memutuskan melarikan diri, sebelum melarikan diri damung sanan menanan sebuah pohon di tepian sungai barito, tanaman ini yang kemudian menjadi ciri bahwa itu adalah tanaman milik damung sanan, dan Damung Sanan pernah hidup disana, yang sampai saat ini masih tumbuh di daerah tanjung jawa ari amau/tihang panjang, pohon yang sangat besar di pinggir sungai barito yang masyarakat sekitar tanjung jawa menyebutnya LELEMU.
Damung sanan pun pergi menunggalkan ari amau/ tihang panjang/ tanjung jawa membawa seekor ayam jago dan dengan jukung yang dalam bahasa Ma’anyan nya disebut NGENEI JAGAU KAMUDI WASI, dan damung sanan bersumpah dimana ayam jago kesayangannya itu berkokok berarti disitu tempat aman damung snan menyudahi pelariannya dan hidup menetap. damung sanan pun melarikan diri menyusuri sungai barito kearah hilir, dan masuk sungai paku, menyusuri sungai paku tepat disuatu tempat ayam jagonya berkokok dan disitulah ia berhenti. Tepat didaerah BANTAI NAPU lebih tepatnya di SARABON sekarang masuk kedalam Kecamatan Paku Kabupaten Barito Timur.
Di Sarabon tempat damung sanan memutuskan hidup, namun ditengah gundah gulana hatinya yang sendiri, serta tersiar kabar ada wanita yang cantik jelita penguasa SANGARASI (sekarang disebut sebagai Desa Ja’ar Kecamatan Dusun Timur Kabupaten Barito Timur) adik dari URIA MAPAS NEGARA yang terkenal dengan kesaktian mandaunya yang bergelar LANSAR TEWO MEA, serta tersiar kabar wanita itu anak dari Raja Kerajaan Banjar yaitu SULTAN SURIANSYAH. Wanita yang cantik jelita itu bernama PUTRI MAYANG SARI, PENGUASA SANGARASI. Karena niat hati tidak terbendung lagi , damung sanan berangkat menuju sangarasi untuk bertemu sang pujaan hati, sebelum berangkat ke sangarasi damung sanan menjemur padi karena cuaca lumayan panas.
Perjalanan damung sanan menuju sangarasi berharap bertemu sang pujaan hati sangat memberi semangat baru untuk damung sanan. Sesampainya di sangarasi damung sanan sangat ingin bertemu dengan pujaan hati, namun nasib pertemuannya saat itu belum menjadi keberuntungan untuk damung sanan, karena cuaca yang tadinya cerah ternyata berubah, hari semakin gelap karena di sangarasi hujan, teringatlah damung sanan bahwa di rumah, bahwa sebelum dia berangkat ke sangarasi, ia menjemur padi. Damung sanan bergegas kembali pulang, ia berlari secepat kilat dari sangarasi menuju sarabon, namun ditengah jalan ia kecapean, dan singgah untuk minum di luwang mawang atau lubang mawang, karena niatnya untuk cepat-cepat sampai sarabon sehingga tongkat damung sanan tertinggal, maka dari itu jika kita kedaerah luwang mawang ada pohon SUNGKAI besar, menurut ceritanya atau rumor yang beredar di masyarakat Ma’anyan, pohon SUNGKAI itu adalah tongkat dari damung sanan yang tertinggal itu.
Damung sanan sampai akhir hayatnya menetap dan hidup di sarabon dan dimakamkan di sarabon, jika ingin kedesa sarabon, kalau dari Ampah ke arah Tamiang layang sekitar 1/2 jam perjalanan, sampai di simpang runggu daerah tampa kecamantan paku kabupaten Barito timur, masuk simpang runggu dari ampah sebelah kiri, terus masuk menuju daerah bantai napu. disitu lah makam sang legenda ini berada. secara khusus untuk keturunan damung ini semoga kita semua bisa menggali lagi sejarah nenek moyang kita di masa lalu agar kita tidak salah dalam menuturkan silsilah leluhur kita, sampai saat nya nanti dapat diceritakan kembali kepada anak cucu kita. Begitu juga saya memohon kepada pihak pemerintah kabupaten Barito timur untuk dapat memugar / memperbaiki kuburan Damung Sanan ini, sehingga dengan kita menghormati leluhur kita, semoga semangat (AMIRUE) mereka tetap hidup untuk kita selamanya.

DITULIS OLEH : WAHYU HADRIANTO, S.Th