Minggu, 24 Februari 2019

BADIK WASI KUNING

Badik berwarna kuning keemasan ini, hanya lah barang kuno yang tidak ada artinya sama sekali, itu yang dikatakan mereka yang tidak mau tau dan tidak ingin tau jejak sejarah keluarga.
Sejarah badik berwarna kuning keemasan ini atau yang disebut WASI KUNING ini, adalah sejarah keluarga ku, sejarah panjang dari keturunan SAKA KALAHIEN, badik ini sudah dirawat dan disimpan oleh nenek moyang ku selama beratus-ratus tahun yang lalu, badik ini menjadi saksi perjalanan panjang kisah hidup ku.
Silsilah badik ini :
Nenek moyangku bernama BELINAK DOHONG yang berasal dari desa KALAHIEN (desa kalahien kecamatan dusun selatan kabupaten Barito Selatan), beliau adalah keturunan dari SAKA KALAHIEN. Belinak dohong mempunyai Satu orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan. ketika anak Laki-laki, anak Belinak dohong yang bernama LAKI DOHONG (Datuku) yang saat itu sudah dewasa dan sudah menikah dengan seorang perempuan dari desa Dayu.
Laki Dohong memutuskan untuk meninggalkan desa kalahien dan hidup di desa Dayu (desa Dayu kecamatan karusen janang kabupaten Barito timur) bersama istrinya sampai akhir hayatnya, Laki dohong diwariskan badik kuning keemasan ini yang diberikan oleh sang ayah sebagai "RAPE" atau dalam bahasa Indonesia "Bekal penjaga tubuh", salah satu alasan selain Laki Dohong adalah garis keturunan yang memang mempunyai hak untuk menerima warisan itu untuk merawat dan menjaganya, dua adik perempuan Laki Dohong juga memutuskan untuk ikut sang kakak untuk hidup ke desa Dayu, Laki Dohong mendapatkan mandat dari orang tuanya untuk menjaga kedua adiknya sebaik mungkin. yang pada akhirnya kedua adik perempuan Laki Dohong menikah, yang satu menikah dan menetap hidup di jembatan dua Ampah (ini adalah nenek dari om katek, ibu dari ibu om katek) dan adik perempuan yang satu menikah dan menetap hidup di Tamiang Layang (ini adalah nenek dari dueh Bedung, ibu dari bapak dueh Bedung di Tamiang Layang). Dan adik perempuan Laki Dohong yang satu memutuskan untuk tetap tinggal di desa kalahien (ini adalah nenek om aking, ibu dari bapak om aking "kakah amah aking" di desa kalahien).
Ketika peperangan terjadi di daerah Tamiang Layang (Tamiang layang kecamatan dusun timur kabupaten Barito Timur), PA'ANGKIN (Pa'angkin atau bergelar Matueh Batung adalah tokoh yang sangat dihormati di daerah Tamiang layang, kuburan beliau berada di perbatasan antara kota Tamiang layang dan desa dorong kabupaten Barito timur) meminta Laki Dohong untuk ikut berjuang bersama-sama dalam beberapa peperangan didaerah Tamiang layang, dalam peperangan itu badik kuning keemasan ini tidak pernah lepas dari pinggang Laki Dohong.
Laki Dohong mempunyai anak empat orang laki-laki dan satu orang perempuan, ketika masa perjuangan pembentukan provinsi Kalimantan Tengah, salah satu anak dari Laki Dohong ikut dalam memperjuangkan pembentukan provinsi Kalimantan tengah, ia adalah kakek saya yang bernama Yurmansyah Dohong, Yurmansyah Dohong berjuang bersama sepupu dua kalinya yaitu Cristian Mandulin Simbar dari desa Madara (desa Madara kecamatan dusun selatan kabupaten Barito Selatan), mereka kemudian bergabung dengan semua tokoh dari seluruh penjuru tanah Ma'anyan dan menamakan diri sebagai GMTPS (Gerakan Mandau Talabang Pancasila) serta Cristian Mandulin Simbar sebagai panglima perangnya. Badik kuning keemasan ini kemudian dipinjamkan kepada sang anak yang ikut berperang di dalam rimba Kalimantan tengah - selatan. Badik ini menjadi kawan setia dalam perjuangan pembentukan provinsi Kalimantan tengah. Setelah perjuangan selesai dan provinsi Kalimantan tengah dibentuk, badik ini kemudian dikembalikan kepada sang ayah. Waktu begitu cepat berlalu, cucu dari Laki Dohong anak dari Yurmansyah Dohong sudah besar, yaitu ibu saya sendiri yang bernama Aliane Dohong (nama di rumah adalah ta'i atau Itai. Kalau di desa kandris (desa kandris kecamatan karusen janang kabupaten Barito timur), desa Dayu dan sekitarnya ibu saya dipanggil ta'i, kalau di buntok kalahien ibu saya dipanggil itai. Kakek saya dipanggil dengan nama bapak ta'i atau amah ta'i). sang cucu sudah ingin merantau untuk melanjutkan pendidikan SPG (sekolah pendidikan guru) di buntok (Buntok kecamatan dusun selatan kabupaten Barito Selatan), 3 tahun sekolah SPG di Buntok dan lulus sekolah, sang cucu kemudian di angkat sebagai PNS dan ditempatkan di desa Pendreh (desa Pendreh kecamatan Teweh tengah kabupaten Barito Utara), cerita ibu saya, sang kakek begitu sedih karena akan ditinggalkan oleh sang cucu ketempat yang jauh, namun sebelum sang cucu berangkat, sang kakek menitipkan sebuah pusaka keluarga yaitu badik berwarna kuning keemasan itu, beliau berpesan jangan sampai lepas dari tubuhmu badik ini bahkan jika terjadi perang, sang ibu berkata trauma perang masa lalu masih menjadi momok menakutkan bagi sang kakek, walaupun kata ibu saya saat itu kita sudah merdeka tidak ada lagi peperangan. Namun badik berwarna kuning keemasan itu, harus di bawa dan dijaga jangan sampai hilang.
Ketika saya beranjak dewasa, sebagai ritual seorang laki-laki saya wajib mendapatkan pendidikan wajib militer keluarga untuk membentuk diri disiplin dan mandiri, karena sebagai laki-laki saya harus meninggalkan rumah untuk merantau mancari jati diri, setelah saya selesai melaksanakan pendidikan wajib militer keluarga, saya diwariskan badik berwarna kuning keemasan ini, karena ternyata selama diwariskan ke ibu saya, ibu saya tidak mengetahui cara menggunakannya, karena seorang perempuan tidak diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan wajib militer keluarga. Oleh karena itu badik berwarna kuning keemasan itu belum lah sempurna di tangan ibu saya dan saya diharuskan menyempurnakan nya karena saya sebagai pewaris tunggal badik itu dari ibu saya di jaman ini, penyempurnaan badik itu harus melalui Pendidikan wajib militer keluarga yaitu
"KUNTAW BANGKUI - JAMAK WATU KAPISUNAN - BADIK WASI KUNING"
dengan pendidikan wajib militer keluarga ini saya tahu tehnik menggunakan badik itu, walaupun sangat lah berat pendidikan wajib militer keluarga ini, namun ada hal indah ketika saya dinyatakan lulus dan menjadi laki-laki sejati yang mampu menjaga dan membawa nama baik keluarga dimana pun berada.
Tahun 2004 saya meninggalkan rumah untuk sekolah ke Banjarmasin, suka dan duka saya jalani dengan ikhlas, tabah dan belajar keras di bangku kuliah selama 5 tahun walaupun saya tidak sepintar teman-teman saya dan saya lulus 11 semester (MAPALA = MAhasiswa PAling LAma atau the legend), itu bukan sebuah masalah karena saya berhasil lulus kuliah dan tahun 2010 saya lulus PNS.
Selama kuliah di Banjarmasin, badik berwarna kuning keemasan ini lah penjaga saya, menjaga saya untuk meraih kesuksesan, untuk membanggakan keluarga saya.
itulah silsilah badik berwarna kuning keemasan ini atau bernama WASI KUNING. Bukan mudah menjaga warisan ini, tetapi sebuah kebahagiaan bisa mengetahui sejarah masa lalu.
Pesan yang terkandung dalam pendidikan wajib militer keluarga adalah Sebagai seorang laki-laki sejati haruslah mampu menjaga 3 ujung, yaitu :
1. UJUNG LIDAH.
2. UJUNG KEMALUAN.
3. UJUNG BADIK.
Kejayaan SAKA KALAHIEN masih aku jaga, sama seperti yang dilakukan leluhurku dimasa lalu.
Bersiap-siaplah pewaris selanjutnya,
GIVER WIGAS WAVIEZEL
Di dalam darah mu mengalir darah-darah leluhur mu yang sudah ditulis di atas.
Jika waktu nya sudah sampai dan kamu sudah dewasa, kamu akan mendapatkan pendidikan wajib militer keluarga, kamu akan di didik untuk menjadi layak mewarisi badik berwarna kuning keemasan ini dan menjadi seorang laki-laki sejati yang mampu merantau mencari jati diri untuk kebanggaan keluarga.


Gambar mungkin berisi: 2 orang, orang duduk

1 komentar: