Jumat, 01 Maret 2019

PANGUNRAUN PITU

Banyak yang tidak mengetahui apa itu pangunraun pitu? Karena yang selama ini yang selalu dibicarakan adalah uria pitu. Lalu siapa pangunraun pitu ini, dan apa yang menjadikan pangunraun pitu begitu dihormati bagi bangsa Ma'anyan. 
Begini ceritanya :
Setelah berakhirnya perang besar di Nansarunai tahun 1362, seluruh bangsa Ma'anyan yang tersisa, yang selamat kemudian melanjutkan hidup dibawah kepemimpinan 12 pangunraun yang tidak lain adalah anak-anak dari datu dan dara. Dengan kepemimpinan 12 pangunraun bangsa Ma'anyan yang tersisa kembali hidup dalam damai, keinginan untuk membentuk kerajaan lagi sudah tidak memungkinkan lagi 12 pangunraun pun tidak selamanya mampu menjaga bangsa Ma'anyan yang tersisa itu, maka berkumpullah para pangunraun dan tetua-tetua untuk mencari jalan keluarnya, keputusan yang sangat sulit harus dipilih adalah bangsa Ma'anyan akan memulai perjalanan panjang mengembara kearah yang tak tahu kemana, dengan harapan yaitu kehidupan yang lebih baik. Namun, ditengah kepemimpinan 12 pangunraun, Dengan berat hati 4 pangunraun yaitu :

1. Engko
2. Engkai
3. Liban, dan
4. Bangkas
Mereka memutuskan berangkat, ikut bersama-sama dengan saudara mereka yang kembali ke tane punei lului (madagaskar) dan Patih Raja Muda Panning pergi lagi kedaerah Tanjung Negara dan kemudian setelah terbentuknya perkampungan baru oleh para uria dan patis, Patih Raja Muda Panning pergi ke daerah Hadiwalang atau sekarang disebut desa Bagok (Kecamatan Banua Lima, Kabupaten Barito Timur) dan kemudian pindah lagi ke Tanjung Negara, yang konon Patih Raja Muda Panning kemudian menjadi tokoh lagendaris yang disebut Lambung Mangkurat (kisah ini perlu diteliti lagi supaya tidak ada dusta dalam sejarah). 
Dengan berangkatnya ke 5 pangunraun, maka yang tersisa hanya tujuh pangunraun dan mereka inilah yang disebut PANGUNDRAUN PITU (PANGUNDRAUN TUJUH) yaitu : 
1. Pangeran Jarang,
2. Pangeran Idong
3. Kinurung
4. Anyawungan
5. Limong
6. Masiliawong, dan 
7. Mantir Kaki
ketujuh pangunraun ini lah yang setia menjaga seluruh bangsa Ma'anyan yang tersisa di bekas kerajaan nansarunai hingga sampai waktu para pemimpin baru yang diberi gelar kehormatan yaitu uria dan patis, siap memikul tanggung jawab yang lebih berat dari pangunraun pitu yakni membawa bangsa Ma'anyan ketempat yang lebih baik, bertahun-tahun dibawah didikan para pangunraun pitu, yang dengan setia mengajarkan tentang tata susila, adat istiadat bangsa Ma'anyan dan norma-norma kemasyarakatan yang pada akhirnya akan wajib diwariskan bagi seluruh bangsa Ma'anyan dan hingga waktunya ditempat yang baru. Telah tiba masa yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh bangsa Ma'anyan, yaitu pemimpin baru yang akan membawa mereka ketempat yang baru, dan terpilihlah uria sebanyak 7 orang yang disebut uria pitu dan patis sebanyak empat puluh yang disebut patis epat pulu, mereka inilah yang akan menjadi pemimpin baru, yang siap membawa seluruh bangsa Ma'anyan untuk melalui perjalanan panjang menuju daerah baru yang lebik baik, dengan terpilihnya para pemimpin baru ini, maka seluruh tanggung jawab bangsa Ma'anyan diserahkan oleh pangunraun pitu kepada uria pitu dan patis epat pulu, seketika itu juga pangunraun pitu akhirnya moksa, apa itu moksa? Yaitu pangunraun pitu tidak wafat tetapi langsung kembali ke hiyang piumung jaya pikuluwi. Pangunraun pitu bagi bangsa Ma'anyan sangat di kagumi akan kesalehannya dan ketaatannya kepada bangsa Ma'anyan, tanah air dan Hiyang Piumung Jaya Pikuluwi (Tuhan Yang Maha Esa). Pangunraun pitu menjadi teladan tata susila, adat istiadat dan norma-norma kemasyarakatan. Semua yang diajarkan oleh pangunraun pitu adalah untuk menciptakan adanya rasa aman, damai dan sejahtera dan itu menjadi warisan berharga kepada seluruh keturunan bangsa Ma'anyan sampai saat ini.

DITULIS OLEH : WAHYU HADRIANTO, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar