sangat menarik jika kita ingin lebih dalam mempelajari silsilah dari sejarah bangsa Ma'anyan, salah satu ketertarikan saya yaitu kelompok masyarakat bangsa Ma'anyan Paju Epat. dari pembagian paju epat, banua lima dan kampung sepuluh, wilayah paju epat merupakan tempat berkumpulnya para pembesar serta keturunan dari bangsawan kerajaan Nansarunai. hal ini pula yang membedakan kelompok paju epat dengan kelompok banua lima dan kampung sapuluh. sangat menarik jika kita bisa mengetahui lebih dalam silsilah keturunan Paju Epat ini. Dikalangan suku
dayak maanyan paju epat, dimana tradisi upacara ijambe ini masih dipertahankan,
maka susunan masyarakatnya tersiri dari beberapa lapisan, yang dapat dianggap
selaku klas-klas dalam masyarakat. Dalam tradisi, ditemukan sekurang-kurangnya
7 klas dalam masyarakat ini yang terdiri dari tingkat :
1.
Mangku
2.
Patinggi
3.
Jaksa
4.
Giritan
5.
Singa
langgawa
6.
Jarang
bayohan
7.
Mangasiau
(masiau)
Setiap tingkatan
mempunyai tambaknya sendiri. Tambak adalah tempat penyimpanan tulang-tulang
setelah melalui proses pembakaran dalam upacara ijambe.
1.
Tambak
mamandi di diami oleh klas singa langgawa dan giritan
2.
Tambak
tumenggung didiami oleh jarang bayohan
3.
Tambak
patinggi rambe didiami oleh masiau dan sebagainya
Disamping adanya
tingkat-tingkat tersebut, terdapat pula klas-klas terendah yang disebut
putak-walah (klas budak). Mereka ini tidak mempunyai tambak. Tulang-tulang
orang klas putak walah di masukan kedalam belanga. Biasanya dalam upacara
ijambe, klas inilah yang diwajibkan menjadi penjaga obor atau dalam bahasa
maanyan disebut panyingi ramai, semacam alat penerangan yang
terbuat dari damar.
Sejak tahun
1963, perbedaan-perbedaan tersebut sudah dihilangkan dan tidak terdapat lagi
bermacam-macam tambak dikampung balawa, melainkan semuanya dijadikan dalam
satu tambak yang dimanakan TAMBAK BUGAWAN DIME.
Kata bugawan
berasal dari kata sangskrit bhagawan yang
berarti orang suci atau pendeta, yang didalam bahasa Indonesia kemudian menjadi
kata Begawan dan bagawan.
Tambak ini
disebut bugawan dime, karena ia merupakan penggabungan dari lima tambak yang
sampai saat itu masih utuh dan terpelihara.
Disusun Oleh :
Wahyu Hadrianto, S.Th
Sumber : Ukur, Fridolin, Peninjau, Lembaga Penelitian dan
Studi — DOL Jakarta, 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar