Pada zaman pemerintahan kesultanan Banjar,
wilayah Paju Epat mulai memecahkan diri dan mulai mencari wilayah baru, salah
satu rombongan masyarakat Maanyan Paju Epat pergi kearah DAS (Daerah Aliran
Sungai) barito, serta membentuk perkampungan baru yang diberi nama "BUNTOK". Wilayah Buntok berdampingan
langsung berbagai suku Dayak lainnya yaitu Bakumpai, Biaju, Dusun dst. Kemudian
seiring perjalanan, kampung Buntok semakin maju karena Kampung buntok merupakan
sentral pelabuhan para pedagang yang datang dari berbagai daerah.
Tersiarlah kabar sampai ke Kerajaan Banjar tentang kampung Buntok.
Karena ambisi pihak Kerajaan Banjar
untuk memperluas wilayah kekuasaannya atau paling tidak ingin mempertahankan
eksistensi mereka sebagai penguasa. Maka diperintahkan oleh kesultanan Banjar
untuk menjadikan kampung Buntok menjadi bagian dari Kerajaan Banjar (serta
mengislamkan Buntok) di tanah Maanyan. Namun masyarakat Maanyan di kampung Buntok
menolak, akibat dari penolakan dari masyarakat Maanyan di kampung Buntok, maka diperintahkan
oleh kesultanan Banjar untuk memaksa dengan mengerahkan pasukan kerajaan Banjar
salah satu panglima perang bernama BALANAI
HIRANG dibantu para GUSTI (keturunan
Surya Nata yang sakti) untuk menyerang dan menghancurkan kampong Buntok.
Bala prajurit kerajaan Banjar datang
melalui DAS barito, menyerbu membabi buta dari segala penjuru, perang pun tak
bisa dihindari lagi. Saat perang berkecamuk, di kampung Buntok muncul seseorang
bernama DOHONG, ia bergerak memimpin
masyarakat Maanyan di kampung Buntok berperang melawan para prajurit kerajaan Banjar
agar dapat mempertahankan kampung Buntok sebagai daerah Maanyan. Perang pun berkecamuk, teriakan perang pun
terdengar dimana-mana, bala bantuan dari seluruh masyarakat Maanyan dan Kerajaan
Siong berdatangan, perang Buntok akhirnya dimenangkan oleh pihak Maanyan dibawah
kepemimpinan DOHONG dan memukul mundur para prajurit kerajaan Banjar.
Sampailah berita di Kerajaan Banjar bahwa
prajurit kerajaan Banjar dibawah kepemimpinan Balanai Hirang telah kalah dalam
perang di kampung Buntok, dilaporkan bahwa persatuan masyarakat Maanyan sangat
erat, bala bantuan yang berdatangan dari segala penjuru daerah Maanyan serta
bahu membahu berperang mengusir prajurit kerajaan Banjar dari tanah Buntok.
Dengan melihat keadaan seperti itu maka pihak Kerajaan Banjar kemudian
membatalkan seluruh rencana untuk membumi hanguskan kampung Buntok, serta untuk
selama-lamanya pihak kerajaan banjar tidak lagi menyerang kampung buntok dan
berdamai dengan seluruh masyarakat Maanyan khususnya masyarakat Maanyan di kampung
Buntok, peristiwa ini dikenal oleh kalangan masyarakat Maanyan dengan nama
"PERANG BUNTOK", karena
kejadian perang Buntok ini kampung Buntok menjadi salah satu kampung Maanyan yang
sangat disegani didaerah DAS barito, sehingga sampai sekarang Buntok masih
menjadi daerah dan kampung orang Maanyan.
Ketika tersiar berita sampai ke
daerah Maanyan bahwa telah terjadi perang besar didaerah Banjar antara kerajaan
Banjar dan Belanda, ketika perang ini meluas hingga sampai kedaerah DAS barito
yang berdampak buruk pada banyak segi kehidupan masyarakat Maanyan, DOHONG beserta
para Pangkalima Maanyan serta dibantu seluruh masyarakat Maanyan ikut membantu
para pasukan kerajaan Banjar dibawah kepemimpinan jendral perang kerajaan
banjar yaitu PANGERAN ANTASARI untuk mengusir belanda dari
tanah kalimantan. DOHONG adalah sosok pahlawan orang Maanyan yang hanya sedikit
orang mengetahuinya, DOHONG adalah nama kecil sang pahlawan yang bisa dikenal
oleh keturunannya, DOHONG adalah lambang pemersatu masyarakat Maanyan di daerah
DAS barito. Konon nama beliau saat perang banjar berkecamuk bernama PANGKALIMA BATUR.
Disusun
Oleh : Wahyu Hadrianto, S.Th
Sumber : Yurmansah Dohong, seorang tokoh
masyarakat tinggal di Desa Kandris, Kecamatan Karusen Janang, Kabupaten Barito
Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar